Selasa, 15 April 2008

PARAGRAF

A. PENGERTIAN
Paragraf merupakan bagian dari karangan (tulisan) atau bagian dari tuturan (kalau lisan). Sebuah paragraph ditandai oleh suatu kesatuan gagasan yang lebih tinggi atau lebih luas daripada kalimat. Oleh karena itu, paragraf umumnya terdiri dari sejumlah kalimat. Kalimat-kalimat saling bertalian untuk mengungkapkan sebuah gagasan tertentu.
B. UNSUR-UNSUR PARAGRAF
Dalam mengungkapkan gagasannya, sebuah paragraf didukung oleh unsure-unsur tertentu dengan fungsi yang berbeda-beda. Unsur-unsur tersebut dengan gagasan utama dan gagasan penjelas.
1. Gagasan Utama
Gagasan utama adalah yang menjadi dasar pengembangan sebuah paragraf. Keberadaan gagasan utama tersebut dapat dinyatakan secara eksplisit atau secara implisit. Gagasan utama yang eksplisit dijumpai dalam jenis paragraf deduktif, induktif atau paragraf campuran. Dalam jenis paragraf ini, gagasan utama diwakilkan pada sebuah kalimat utama, yang letaknya bias di awal, di akhir, atau di awal dan di akhir paragraf. sementara itu, gagasan utama yang implisit umumnya dijumpai dalam paragraf deskriptif atau naratif. Dalam jenis paragraf ini, gagasan utama tersebut pada seluruh kalimat dalam paragraf.
Tidak ada ciri umum tentang suatu kalimat utama. Yang jelas, secara maknawi, kalimat utama menyatakan gagasan yang merangkum seluruh isii kalimat dalam paragraph itu. Hanya pada paragraf-paragraf tertentu, kalimat utama dapat diidentifikasi dengan mudah. Kalimat itu, antara lain ditandai oleh kata-kata kunci berikut:
a. Sebagai Kesimpulan……
b. Yang panting…..
c. Jadi,…
d. Dengan demikian…..
e. Intinya…….
f. Pokoknya…….
g. Pada dasarnya…..
2. Gagasan Penjelas
Gagasan penjelas adalah gagasan yang fungsinya menjelaskan gagasan utama. Gagasan penjelas umumnya dinyatakan oleh lebih dari satu kalimat. Kalimat yang mengandung gagasan penjelas disebut kalimat penjelas.
Sesuai dengan namanya, kalimat penjelas dapat berisikan:
a. Uraian-uraian kecil,
b. contoh-contoh,
c. ilustrasi-ilustrasi,
d. kutipan-kutipan, atau
e. gambaran-gambaran yang sifatnya parsial.
Contoh:
Karyawan-karyawan di suatu kantor tidak dapat bekerja dengan tenang karena kepala kantornya bersikap keras dan kaku. Sering kali dia bersikap seakan-akan dia sendiri yang paling benar. Semua kehendaknya harus diikuti akibatnya suasana kerja di kantor itu sama sekali tidak menyenangkan.
Gagasan utama paragraf di atas adalah karyawan tidak dapat bekerja dengan tenang karena sikap kepalanya yang keras dan kaku. Gagasan tersebut dinyatakan secara eksplisit dalam kalimat ertama. Penjelasan tehadap gagasan itu dinyatakan dalam kalimat-kalimat yang ada dibawahnya. Kalimat-kalimat tersebut menyatakan ilustrasi tentang sikap keras dan kaku seorang kapala kantor beserta akibat yang ditimbulkannya.
C JENIS-JENIS PARAGRAF
Berdasarkan letak gagasan utamanya, gagasan terbagi ke dalam beberapa jenis, yakni sebagai berikut:
1. Paragraf Deduktif
Paragraf deduktif adalah paragraph yang gagasan utamanya terletak di awal paragraf. Gagasan utama atau pokok persoalan paragraf itu dinyatakan dalam kalimat pertama. Kemidian disusul oleh penjelasan-penjelasan terperinci terhadap gagasan utama. Jenis paragraf ini dapat digambarkan dengan bagan berkut.



Kalimat utama




2. Paragraf Induktif
Paragraf induktif adalah paragraph yang gagasan uamanya terletak di akhir paragraf. Mula-mula dikemukakan fakta-fakta ataupun uraian-uraian. Kemudian dari fakta-fakta itu penulis menggeneralisasikan ke dalam sebuah kalimat. Jenis paragraf ini dapat digambarkan dengan bagan berikut.






Kalimat utama
3. Paragraf Campuran (Deduktif-Induktif)
Paragraf campuran adalah paragraf yang gagasan utamanya terletak pada kalimat pertama dan kalimat terakhir. Dalam kalimat ini terdapat dua kalimat utama. Kalimat terakhir umumnya mengulngi gagasan yang dinyatakan kalimat pertama sedikit tekanan atau variasi. Model paragraph ini digambarkan sebagai berikut!


Kalimat utama


4. Paragraf Deskriptif/Naratif
Disamping ketiga jenis paragraf diatas, dijumpai jenis paragraf lainya. Jenis paragraf yang terakhir ini gagasan utamanya tersebar pada seluruh kalimat. Dengan kata lain, paragraf ini tidak memiliki kalimat utama. Semua kalimatnya merupakan kalimat penjelas dengan gagasan utamanya tersirat pada kalimat-kalimat itu. Jenis paragraf ini umumnya dijumpai pada karangan-karangan deskripsi dan narasi aatau pada paragraf yang menggambarkan atau menceritakan suatu hal. Oleh karena itu, paragraf jenis ini disebut paragraf deskriptif atau paragraf naratif.
D. SYARAT-SYARAT PENYUSUNAN PARAGRAF YANG BAIK
Paragraf yang baik adalah paragraf yang memiliki kepaduan antara unsure-unsurnya, baik diantara gagasan utama dengan gagasan penjelasnya ataupun antara kalimat-kalimatnya. Dalam paragraf yang baik tidak ada satupun gagasan penjelas ataupun kalimat yang menyimpang dari gagasan utamanya. Semuanya mendukung secara kompak pada satu fokus permasalahan.
Kepaduan pada sebuah paragraf terbagi ke dalam dua macam, yakni kepaduan makna dan kepaduan bentuk.
1. Kepaduan Makna (koheren)
Suatu paragraf dikataan koheren, apabila ada kekompakan antara gagasan yang dikemukakan kalimat yang satu dengan yang lainnya. Kalimat-kalimatnya memiliki hubungan timbal balik serta secara bersama-sama mebahas satu-satu gagasan utama. Tidak dijumpai satu pun kalimat yang menyimpang ataupun loncatan-loncatan pikiran yang membingungakan.
Jika suatu paragraf tidak memiliki kepaduan seperti itu, maka pembaca akan mengalami banyak kesulitan untuk memahaminya. Pembaca akan menemukan loncatan-loncatan pikiran dan hubungan-hubungan gagasan yang tidak logis. Paragraf yang dihadapinya hanya sebuah kumpulan kalimat yang tidak jelas ujung pangkalnya.


2. kepaduan bentuk (Kohesif)
Apabila kepaduan makna berhubungan dengan isi, maka kepaduan bentuk berkaitan dengan penggunaan kata-katanya. Bisa saja sebuah paragraf padu secara makna atau koheren. Dalam arti, paragraf itu mengemukakan satu gagasan utama. Tetapi belum tentu paragraf terseut kohesif, didukung oleh kata-kata yang padu.
Kekohesifan sebuah paragraf dapat ditandai oleh:
a. hubungan penunjukkan, yang ditandai oleh kata-kata itu, ini, tersebut, berikut, tadi;
b. hubungan penggantian, ditunjukan oleh kata-kata saya, kami, kita, engkau, anda, mereka, ia; bentk ni, itu, dan sejenisnya dapat ula berfungsi sebagai penanda hubungan penggantian;
c. hubungan pelesapan, ditandai oleh enggunaan kata sebagian, seluruhan;
d. hubungan perangkaian, ditandai oleh kata dan, lalu, kemudian, akan tetapi, sementara itu, selain itu, kecuali itu, jadi akhirnya, namun demikian;
e. hubungan leksikal, ditandai oleh pemanfaatan pengulangan kata, sinonim atau hiponim.
E. POLA PENGEMBANGAN PARAGRAF
Pengembangan paragraf mencakup dua persoalan utama, yakni:
1. kemampuan memerinci gagasan utama paragraf ke dalam gagasan-gagasan penjelas dan
2. kemampuan mengurutkan gagasan-gagasan penjelas kedalam gagasan-gagasan penjelas.
Gagasan utam paragraf akan menjadi jelas apabila dilakukan perincian yang cermat. Perincian-perincian itu dapat dilakukan dengan bermacam pola pengembangan. Pola pengembangan yang dipakai, antara lain, ditentukan oleh gagasan atau masalah yang hendak dikemukakan. Misalnya apabila gagasan yang hendak disampaikan itu berupa urutan peristiwa, maka pola pengembangan yang sebaiknya dipilih adalah pola kronologis (naratif) atau proses (eksposisi). Lain lagi apabila masalahnya itu mengenai sebab-akibat suatu kejadian, maka pola yang dipilih adalah pola kausalitas (eksposisi, Argumentasi). Pilihan pola pengembangan ditentukan pula oleh pandangan penulis itu sendiri terhadap masalah yang hendak disampaikannya.
1. Paragraf Narasi
Pargraf narasi adalah paragraf yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian sedemikian rupa sehingga pembaca seolah-olah mengalai sendiri kejadian yang diceritakan itu. Dalam paragraf narasi terdapat tiga unsure utama yaitu tokoh-tokoh, kejadian, dan latar ruang atau waktu.
Berdasarkan materi pengembangannya, paragraf narasi terbagi ke dalam dua jenis, yakni narasi fiksi dan narasi nonfiksi. Narasi fiktif adalah narasi yang mengisahkan peristiwa-peristiwa imajinatif. Narasi fiktif disebut juga narasi sugestif. Contohnya: novel dan cerpen. Narasi nonfiktif adalah narasi yang mengisahkan peristiwa-peristiwa factual, suatu yang adadan benar-benar terjadi. Narasi ini disebut juga narasi ekspositori. Contohnya biografi dan laporan perjalanan.
Perbedaan yang lebih jelas antara narasi fiktif dan nonfiktif adalah sebagai berikut:
Narasi Fiksi (1) Narasi nonfiksi (2)
1. Menyampaikan makna atau amanat secara tersirat;sebagai sarana rekreasi rohaniah.
2. Menggugah majinasi


3. Penalaran difungsikan sebagai alat pengungkap makna, kalau perlu dapat diabaikan.
4. Bahasa cenderung figurative dan menitikberatkan penggunaan konotasi. 1. menyampaikan informasi yang memperluas pengetahuan.

2. memperluas pengetahuan atau wawasan.
3. Penalaran digunakan sebagai sarana untuk mencapai kesepakatan rasional.
4. Bahasanya cenderung informative dan menitikberatkan penggunaan makna denotasi.

2. Paragraf Deskripsi
Paragraf deskripsi adalah jenis paragraf yang menggambarkan sesuatu dengan jelas dan terperinci. Pola pengembangan paragraf deskripsi, antara lain, meliputi pola pengembangan spasial dan pola sudut pandang.
a. Pola Spansial
pola spansial adalah pola pengembangan paragraf yang didasarkan atas ruang dan waktu. Dengan teratur, penulis menggambarkan suatu ruangan dari kiri ke kanan, dari timur ke barat, dari bawah ke atas, dari depan ke belakang, dan sebagainya. Uraian tentang kepadatan penduduk suatu daerah dapat dikemukakan dengan landasan urutan geografi (misalnya: dari barat ke timur atau dari utara ke selatan); deskripsi mengenai sebuah gedung bertingkat dapat dilakukan dari tingkat pertama berturut-turut hingga tingkat terakhir, penggamban terhadap suasana suatu lingkungan dapat dilakukan mulai dari siang, sore, hingga malam hari.
Contoh :
Pada malam hari, pemandangan rumah terlihat begitu eksotis. Apalagi dengan cahaya lampu yang memantul dari seluruh penjuru rumah. Dari luar bangunan ini tampak indah, mampu meberikan pancaran hangat bagi siapa saja yang memandangnya. Lampu-lampu taman yang bersinar menambah kesan eksotis yang telah ada. Begitu hangat. Begitu indah.

b. Pola Sudut Pandang
Pola sudut pandang adalah pola pegembangan paragraf yang didasarkan tempat atau posisi seorang penulis dalam melihat sesuatu. Pola sudut pandang tidak sama dengan pola spasia. Dalam pola ini penggambaran berpatokan pada posisi atau keberadaan penulis terhadap objek yang digambarkannya itu. Untuk menggambarkan sesuatu tempat atau keadaan, pertama-tama penulis mengambil sebuah posisi tertentu. Kemudian, secara perlahan-lahan dan berurutan, ia menggambarkan benda demi benda yang terdapat dalam tempat itu, yakni mulai dari yang terdekat kepada yang terjauh.
Contoh:
Sekarang hanya beberapa langkah lagi jaraknya mereka dari tebing diatas jalan. Medasing menegakkan dirinya sambil mengasai kemuka dan ia pun berdiri tiada bergerak sebagai pohon diantara pohon-pohon yang lain. Oleh isyarat yang lebih terang dari perkataan itu maju sekian temannya sejajar dengan dia.
Di antara daun kayu tapak kepada mereka tebing tu turun ke bawah; dikakinya tegak pondok, sunyi-mati, tak sedikit jua pun kentara, bahwa dia melindungi manusia yang hidup, pandai bergerak dan bersuara. Di bawahnya kedengaran sebentar-bentar sepi mendengaus dan bintang-bintang itupun kelihatan kekabur-kaburan dalam sinar bara yang kusam. Dari celah-celah dinding pondok keluaran cahaya yang kuning merah, tetapi tiada berupa jauh sinar yang halus itu lenyap dibalut oleh kelam yang maha kuasa. Dikelilingi pondok itu tertegak pedati, ketiganya sunyi dan sepi pula.
3. Paragraf Eksposisi
Paragraf eksposisi adalah paragraf yang memaparkan atau menerangkan suatu hal atau objek. Dari paragraf Janis ini diharapkan para pembaca dapat memahami hal atau objek itu dengan sejelas-jelasnya. Untuk memaparkan masalah yang dikemukakan, paragraf eksposisi menggunakan contoh, grafik, serta berbagai bentuk fakta dan data lainnya. Sedikitnya terdapat tiga pola pengembangan paragraf eksposisi, yakni dengan cara proses, sebab dan akibat, serta ilustrasi.
a. Pola Proses
Proses merupakan suatu urutan dari tindakan-tindakan atau perbuatan-perbuatan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu atau parurutan dari suatu kejadian atau peristiwa. Untuk menyusun sebuah proses, langkah-lagkahnya adalah sebagai berikut.
1) penulis harus mengetahui perincian-perincian secara menyeluruh.
2) penulis harus membagi proses tersebut atas tahap-tahap kejadiannya.
3) penulis menjelaskan tiap urutan itu ke dalam detail-detail yang tegas sehingga pebaca dapat melihat seluruh prose situ dengan jelas.
Contoh :
Pohon anggu, disamping buahnya yang digunakan untuk pembuatan minuman, daunnya pun dapat digunakan sebagai bahan untuk pembersih wajah. Caranya, ambilah daun anggur secukupnya. Lalu, tumbuk sampai halus. Masaklah hasil tumbukan itu dengan air secukupnya dan tunggu sampai mendidih. Setelah itu, ramuan tersebut kita dinginkan dan setelah dingin baru kita gunakan untuk membersihkan wajah . insya Allah, kulit wajah kita akan kelihatan bersih dan berseri-seri.
b. Pola Sebab Akibat
pengembangan paragraf dapat pula dinyatakan dngan menggunakan sebab-akibat. Dalam hal ini sebab bias bertidak sebagai gagasan utama, sedangkan akibat sebagai perincian pengembangannya. Namun demikian, dapat juga terbalik: akibat dijadukan gagasan utama, sedangkaan untuk memahami sepenuhnya akibat itu perlu dikeukakan sejumlah sebab sebagai perinciannya.
Persoalan sebab-akibat sebenarnya sangat dekat hubungannya dengan prses. Bila disusun untuk mencari hubungan antara bagian-bagiannya, maka proses itu dapat disebut proses kausal.
Contoh :
Pada tahun 1997, produksi padi turun 3,85 persen. Akibatnya. Impor beras meningkat, diperkirakan menjadi 3,1 ton tahun 1998. sesudah swasembada pangan tercapai pada tahun 1984, pada tahun 1986, kita mengekspor sebesar 371,3 ribu ton beras, bahkan 530,7 ribu ton pada tahun 1993. akan tetapi, pada tahun 1004, neraca perdagangan beras kita tekor 400 ribu ton. Sejak itu, impor beras meningkat dan pada tahun 1997 mencapai 2,5 juta ton.
c. Pola Ilustrasi
Sebuah gagasan yang terlalu umum, memerlukan ilustrasi-ilustrsi konkret. Dalam karangan eksposisi, ilustrasi-ilustrsi tersebut tidak berfungsi untuk membuktikan suatu pendapat. Ilustrasi-ilustrsi tersebut dipakai sekadar untuk menjelaskan maksud penulis. Dalam hal ini pengamatan-pengamatan pribadi merupakan bahanilustrasi yang paling efektif dalam menjelaskan gagasan-gagasan umum tersebut.

Contoh :
Satu-satunya bidang pembangunan yang tidak memahami imbas krisis ekonomi sector-sektor dibidang pertanian. Misalnya, perikanan masih meningkat cukup mengesankan, yaitu 6,65 persen; demikian pula perkebunan, yang meningkat 6,46 persen. Walaupun terkena kebakaran sepanjang tahun, sector kehutanan masihtumbuh 2,95 persen. Secara umum, kontribusi dari sektor-sektor pertanian terhadap produk domestik broto (PDB) meningkat dari 18,07 persen menjadi 18,04 persen. Padahal selama 30 tahun terakhir, pangsa sector pertanian merosot dari tahun ke tahun.
4. Paragraf Argumentasi
Argumentasi bermakna ‘alasan’. Arguentasi berarti’ pemberian alas an yang kuat dan meyakinkan’ dengan demikian, paragraf argumentasi adalah paragraf yang mengemukakan alas an, contoh, dan bukti-bukti yang kuat dan meyakinkan. Alasan-alasan, bukti, dan sejenisnya, digunakan penulis untuk mempengaruhi pembaca agar mereka menyetujui pendapat, sikap atau keyakinan.
Dalam beberapa hal memag terdapat beberapa persamaan antara paragraf-paragraf eksposisi, yang telah kita pelajari terdahulu, dengan paragraf argumentasi. Persamaan tersebut, antara lain, bahwa kedua jenis paragraf tersebut sama-sama memerlukan data dan fakta yang meyakinkan. Namun demikian, terdapat pula perbedaan yang mencolok antara keduanya.
Untuk lebih jelasnya persamaan dan perbedaan antara paragraph eksposisi dan argumentasi adalah sebagai berikut.
a. persamaan
1) Argumentasi dan eksposisi sama-sama menjelaskan pendapat, gagasan dan keyakinan kita.
2) Argumentasi dan eksposisi sama-sama memerlukan fakta yang diperkuat atau dipenjelas dengan angka, peta, grafik, diagram, gambar, dan lain-lainnya.
3) Argumentasi dan eksposisi sama-sama memerlukan analisis dan sintesis dalam pembahasannya.
4) Argumentasi dan eksposisis sama-sama menggali idenya dari:
a) pengalaman,
b) pengamatan dan penelitian,
c) sikap dan keyakinan.
b. Perbedaan
1) Tujuan eksposisi hanya menjelaskan dan menerangkan sehingga pembaca memperoleh informasi yang sejelas-jelasnya. Argumentasi bertujuan untuk mempengaruhi pembaca sehingga pembaca menyetujui bahwa pendapat, sikap dan keyakinan kita benar.
2) Eksposisi menggunakan contoh, grafik, dan lain-lainnya untuk menjelaskan sesuatu yang kita kemukakan. Argumentasi memberi contoh, grafik, dan lain-lainnya untuk membuktikan bahwa sesuatu yang kita kemukakan itu benar.
3) Penutup pada akhir eksposisi biasanya menegaskan lagi dari sesuatu yang telah diuraikan sebelumnya.
4) Penutup pada akhir argumentasi biasanya berupa kesimpulan atas sesuatu yang telah diuraikan sebelumnya.
Contoh:
Mengembangkan hubungan positif dengan orang lain sebenarnya tertujuan pada satu hal: anda harusmenjadi seorang pengamat manusia. Bila anda benar-benar mampuy mengerti manusia atau orang, tahu akan ketakutan, harapan, dan impian mereka, maka akan memiliki kemampuan mengembangkan hubungan tersebut. Berbicaralah dengan orang-orang. Dengarkanlah keinginan hati mereka. Amatilah mereka dan pelajarilah cara mereka berpikir. Tentu saja anda harus membaca buku dan mendengarkan pkaset raihlah apa yang anda peroleh dari kebijakan orang lain, namun jangan abaikan bergaul dengan orang lain dan pelajarilah tabiat mereka. Ini adalah sau gaya hidup yang harus dikembangkan, bukan satu studi ilmiah.
Dalam paragraf tersebut penulis mengmukakan sejumlah pendapat, antara lain bahwa kita (pembaca) harus menjadi seorang pengamat manusia. Untuk meyakinkan pembaca atas argumentasinya itu, penulis mengemukakan sejumlah alasan, bahwa dengan menjadi seorang pengamat manusia, kita akan memiliki kemampuan dalam mengembangkan hubungan positif dengan orang lain.